You may have to register before you can download all our books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Recent studies in the history of Islamic science based on the discovery and study of new primary texts and instruments have substantially revised the views of nineteenth-century historians of science. This volume presents some of these ground-breaking studies as well as articles which shed new light on the ongoing academic debate surrounding the question of the decline of Islamic scientific tradition.
A unique collection of studies, the present volume sheds new light on central themes of Ibn Taymiyya's (661/1263-728/1328) and Ibn Qayyim al-Jawziyya's (691/1292-751/1350) thought and the relevance of their ideas to diverse Muslim societies. Investigating their positions in Islamic theology, philosophy and law, the contributions discuss a wide range of subjects, e.g. law and order; the divine compulsion of human beings; the eternity of eschatological punishment; the treatment of Sufi terminology; and the proper Islamic attitude towards Christianity. Notably, a section of the book is dedicated to analyzing Ibn Taymiyya's struggle for and against reason as well as his image as a philosopher in contemporary Islamic thought. Several articles present the influential legacy of both thinkers in shaping an Islamic discourse facing the challenges of modernity. This volume will be especially useful for students and scholars of Islamic studies, philosophy, sociology, theology, and history of ideas.
How did the Prophet Muhammad (pbuh) converse and engage with other religious believers? Did he start off with prejudice and mistrust? Or was he convivial and open-minded? This book analyses six models of the dealings in the lifetime of the Prophet Muhammad (pbuh), specifically, but not restricted, to the siblings of Abrahamic religious believers. The six models of dialogue analysed in the book are dialogue with Ashamah, Najashi of Abyssinia, delegation of Najran Christians, different Jews of Yathrib, and emperors of Byzantine and Sassanid. The analysis applies Ibn Khaldun’s (d.1406) historical approach which the author termed as Khaldunian Hermeneutics due to the similarity between his ide...
The debate over Allah’s attribute—the “nature” and the inner articulation of Allah—is one of the focal debates in the intellectual history of Islam. This edited collection aims to highlight and examine some aspects of this debate in their original context, based on the relevant primary literature. By showing that even an apparently self-evident concept such as Allah, which lies at the heart of every reading of Islam, is highly ambiguous and polysemous, the chapters also emphasise the plurality that has always existed in Islamic thought. Through highlighting the philosophical and theological reflections on the concept of Allah, the results of this study challenge the juristic readin...
"Kolom Catatan Akhir Pekan Adian Husaini di www.hidayatullah.com adalah salah satu tulisan bernas dan merupakan rubik andalan paling ditunggu pembaca. Banyak didiskusikan di milis-milis, di copy di blog, facebook, dan berbagai situs di jejarin sosial, hingga situs resmi. Yang jelas pandangan Adian mampu mewarnai khasanah dan menjadi trendsetter baru islam Indonesia." - Cholis Akbar, Redaktur Pelaksana www.hidayatullah.com "Saudara Adian Husaini secara cukup tekun tampil membantah berbagai fitnah dan tuduhan kaum sepilis. Buku ini salah satu buktinya. Sayang jika anda lewatkan." - Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia "Ustadz Adian termasuk garda terdepan dalam menghalau ...
Buku ini menganalisis secara kritis-apresiatif argumen para pemikir muslim yang tergabung dalam pemikiran Islam eksklusif, inklusif, dan pluralis di Indonesia tentang esensi Islam dan sikap al-Qur'an terhadap penganut Yahudi dan Nasrani. Selain itu, penulis juga menawarkan argumen pemikiran Islam sendiri tentang kedua masalah tersebut dengan menggunakan metode berpikir pluralis dan humanis. Hasilnya, buku kritis ini menawarkan konsep Islam tunggal universal dan plural. Semua agama Samawi yang disebut Yahudi, Nasrani, dan Islam adalah satu esensi, yakni Islam, sebagai sikap kepasrahan total manusia kepada Allah. Buku ini juga menawarkan penyikapan yang humanis kepada pihak-pihak lain yang satu esensi itu, terutama dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini. Dengan metode berpikir tersebut, nilai-nilai luhung rahmatan lil 'alamin Islam akan memancar luas ke pelbagai aspek kehidupan umatnya sendiri sekaligus umat agama lain: sebuah bangunan berbangsa dan bernegara yang menjadi dambaan semua orang.
Buku tidak bermaksud memberikan katagorisasi secara baku dan pasti tentang siapa saja tokoh yang dimasukkan ke dalam kelompok Islam liberal. Karena, usaha seperti ini hanya akan dihadapkan pada masalah mendasar terkait dengan generalisasi yang selalu mengabaikan aspekaspek partikularitas yang terkadang justru menunjukkan karakter dan identitas seseorang yang membedakannya dengan kelompoknya sendiri sekalipun. Kendala inilah yang dihadapi oleh Charles Kurzman dan Greg Barton di dalam bukunya masing-masing yang mencoba membuat katagorisasi siapa saja yang layak dimasukkan dalam daftar tokoh Islam liberal. Usaha yang dilakukan oleh kedua sarjana Barat ini mendapat kritikan dari banyak kalangan....
Berdasarkan pemetaan dalam buku ini terlihat bahwa kelompok liberal di Indonesia tidak tunggal melainkan warna-warni. Tipologi pemikiran liberal Indonesia ini dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Liberal-Progresif Kelompok liberal tipologi ini gagasannya lebih diarahkan pada pemaknaan dan penafsiran ulang atas Islam yang dimaksudkan agar terjadinya reformasi atau perubahan yang didasarkan atas kebutuhan umat dan perkembangan zaman. Sehingga, Islam yang dipandang sebagai agama yang membawa perubahan dan perbaikan umat atau rahmatan lil’alamin dapat benar-benar secara nyata dapat menjalankan perannya dalam mendorong terjadinya transformasi sosial. Dengan kata lain bahwa lib...
Karakter dari penafsiran simbolis Ibn ‘Arabī dan Al-Qushayrī berbeda. Jika Ibn ‘Arabī sangat simbolis dan sukar dipahami orang awam yang tidak mempunyai dasar keilmuan tasawuf dan filsafat, sedangkan Al-Qushayrī di bawah level Ibn ‘Arabī dan cenderung masih bisa dipahami. Bahkan membandingkan dua kitab yang digunakan untuk melihat penafsiran simbolis Ibn ‘Arabī saja sudah berbeda. Dalam kitabnya Tafsīr Ibn ‘Arabī dan al-Futūḥāt al-Makiyyah terlihat sangat simbolis. Hal ini akan terlihat dari penafsirannya tentang Al-Anbiyā’ ayat 30 yang membicarakan tentang langit dan bumi dulunya bersatu kemudian berpisah. Ibn ‘Arabī dalam kitabnya tersebut menafsirkan langit dan...
Be A Great Moslem PENULIS: Arsyis Musyahadah ISBN : 978-623-7933-04-5 Terbit : April 2020 Sinopsis: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al-Baqarah:208) Nikmat Iman dan Islam adalah karunia yang diberikan Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Masih beriman dan ber-Islam hingga detik ini merupakan nikmat Allah yang istimewa tiada terkira. Namun, apakah cukup sampai di situ? Tentu tidak. Sebagai hamba yang mengemban risalah Allah, maka menjadi muslim yang produktif, menjadi mukmin yang lebih aktif akan terus menjadi tantangan agar menjadi karakter seorang abdullah dan khalifatullah. Jangan jadi muslim yang setengah-setengah, Be A Great Moslem, jadilah muslim yang hebat, jadilah muslim kaffah, karena Allah sudah menyediakan surga dengan segala kenikmatannya yang tumpah ruah. Kumpulan catatan ini berisi nasehat-nasehat yang diambil dari Kitabullah dan sunnah Rasulullah untuk menjadi A Great Moslem, seorang muslim kaaffah yang siap berlari menuju ridho Allah. Happy shopping & reading Enjoy your day, guys