You may have to register before you can download all our books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
[Hei! Gadis kampung! Ini peringatan saya yang ke sekian! Kamu pake guna-guna apa, hah?! Cepetan hilangkan ilmu hitam yang kamu kirimkan pada Ashraf! Kamu tidak pantas menjadi menantu di keluarga Adireja!] Aku menghela napas panjang. Sehari setelah aku menerima lamaran Tuan Muda Ashraf, aku selalu mendapatkan terror dari nomor yang tidak dikenal. Pikiranku yang sedang kacau oleh hal itu, bertambah runyam oleh omelan yang keluar dari mulut cabenya Teh Selvi. "Kalau semua ayam yang kamu goreng gosong? Kamu pergi lagi ke pasar beli ayam lagi pake duit kamu sendiri, punya gak?" cibirnya. Dia tak pernah bosan menghinaku karena kastaku yang dianggapnya rendahan. Aku lupa ada sepasang netra yang men...
[Alma, maafkan aku tidak bisa meneruskan pernikahan ini! Ternyata menjelang detik-detik pernikahan ini, aku semakin tidak yakin akan perjodohan yang sudah diatur orang tua kita! Mungkin ini terdengar egois, tetapi beruntung aku menyadarinya sebelum terlambat. Maafkan aku, Alma!] Seketika itu, Alma menjatuhkan gawaiku. Gaun pengantin yang menjuntai indah sudah tidak lagi bisa membuatku tersenyum seperti beberapa menit lalu. Pernikahan indah yang kubayangkannya seketika hancur bersama sebuah pesan yang kudapati. Mas Rangga---calon suamiku, dengan tega mengirimkan sederet kalimat melalui pesan WA untuk membatalkan pernikahan ini pada detik-detik terakhir menjelang acara. Entah apa alasannya, aku tak mengerti. Aku sudah pasrah, hanya tangis yang terurai. Namun di tengah keputus asaan, Azka---saudara kembarku membawa seseorang. Lelaki yang beberapa kali bertemu tanpa sengaja---sahabat dekatnya Azka, lelaki itu bernama Aryanendra. Akankah pernikahan ini kulanjutkan dengan orang yang bahkan masih sangat asing bagiku? Kenapa Mas Rangga begitu tega memperlakukan semua ini padaku? Apasebetulnya alasannya tak datang?
Aku pernah berada di titik nol. Bayangkan saja olehmu, hari pernikahan yang hanya tinggal hitungan hari harus porak-poranda ketika keperawananku direnggut paksa. Dunia yang bertabur pelangi berubah badai dengan mendung tebal. Mas Iwan---calon suamiku akhirnya menikahi kakak kandungku sendiri. Bapak meninggal karena serangan jantung dan aku depresi. Aku sudah tak perawan lagi dan hampir gila. Dua setengah tahun lamanya dari kejadian itu, tiba-tiba aku dipertemukan kembali dengan seorang Laksamana Hadi Suseno. Lelaki yang berada di villa yang sama saat kejadian naas itu. Kini memang dia sudah duda. Namun kenapa tiba-tiba dia ingin menikahiku?
Sukma hanyalah gadis sebatang kara yang menumpang hidup di keluarga Ambu dan Abah. Sukma terpaksa harus mengubur harapan indah hidup bersama Ahsan---lelaki yang dicintainya. Ambu meminta Sukma menggantikan Prisilia untuk menikahi anak sahabat lama Abah yang cacat dan sudah duda. Sukma berusaha sekuatnya percaya pada takdir dan jodoh. Demi membalas hutang budi itu, akhirnya dia melepas Ahsan dari hatinya. Namun tanpa disangka, ternyata sosok calon suaminya yang bernama Raga pada akhirnya membuatnya menjadi wanita paling bahagia karena dicintai, diistimewakan dan dihargai. Namun pada hari pernikahannya terkuak sebuah rahasia besar dibalik masa lalu Sukma. Apakah rahasia besar itu akan mengubah kehidupannya di masa depan? Akankah cinta sejati Sukma dan Raga akan abadi? Atau luluh lantah karena hadirnya orang ketiga?
"Duh, aduh, aduh! Pasangan tukang ngimpi emang! Ngarepin bisa beli rumah besar tapi nggak mau kerja!" tanpa kukira Mbak Miranda sudah berdiri lagi di ambang pintu kamar kami. Tidak sopan memang. "Mbak, jangan hinakan mimpi kami! Lagian kamu ngapain balik ke sini lagi? Bukannya isi tudung saji sudah bersih?" pekikku. "Aku lupa, belum masak nasi! Jadi mau ambil sekalian! Masa kamu saja yang nikmati nasi dari hasil kerja keras Bapak! Enak banget numpang teruuuus!" ujarnya sambil mencebik. Lalu berjalan meninggalkanku dan Mas Yasa yang saling bertukar pandang. "Sabar ya, Dek! Maafkan pekerjaan Mas yang tidak keren seperti suaminya Mbak Miranda yang kantoran! Padahal 'kan pendapatan Mas sekarang saja sudah mulai lebih besar dari pada gaji UMR yang ada! Makanya kamu udah nggak usah jualan sayur lagi! Mending di sini bantuin Mas bikin konten biar lebih menarik lagi," ujarnya. "Nggak apa, Mas! Biar nanti ketika kita sukses bisa memberikan kejutan yang indah untuk mereka! Biar mereka menganga melihat tukang ngendon dan tukang sayur tapi isi rekeningnya lebih besar dari pada suaminya Mbak Miranda yang pekerja kantoran!" ucapku sambil mencoba tersenyum.
"Aku tidak mengirim istriku untuk menjadi pembantu di sini, Ma. Kenapa dia sibuk mengambil piring dan gelas kotor, sementara kalian enak-enakan makan?" Alka melempar protes ketika sang istri yang dicintainya diperlakukan semena-mena. Menjadi orang tidak berpendidikan tinggi dan tidak berpunya membuat Madina dibeda-bedakan di keluarga suaminya. Terlebih Alka---sang suami, memiliki pendidikan paling rendah juga dibanding ketiga kakaknya. Tuti---ibu mertua Madina terasa sangat pilih kasih. Sering kali dia memperlakukan Madina seperti pembantu dan bukan menantu. Semua hinaan, kepedihan dan rongrongan dari keluarga sang suami membuat rumah tangganya kerap kali diterpa badai. Terlebih Tuti---sang ibu berharap memiliki besan dengan seorang yang terpandang. Dia mencoba memasukkan Ratna dalam kehidupan rumah tangga Alka dan Madina sehingga akhirnya persekongkolan itu membuat sebuah kesalah sehingga kesalahpahaman besar terjadi antara Madina dan Alka dan membuat mereka terpisah. Akankah keduanya kembali dipertemukan dan bisa menjalani hidup penuh kebahagiaan? Akankah kesalahpahaman itu bisa diluruskan? Ataukah semuanya berakhir, Madina dan Alka berjalan masing-masing dengan pilihan hidupnya?
“Mbak, minta tolong bayarin dulu, ya. Kunci brankas saya kebawa suami. Padahal dia punya brankas sendiri, masih saja suka salah bawa kunci.” Untuk ke sekian kalinya akhirnya aku yang membayar pektan COD miliknya. Bu Haminah atau yang lebih sering kupanggil Bu Minah. Dia adalah tetangga baru yang setiap hari selalu ada saja barang-barang yang dibelinya melalui online. Tetangga baruku ini cukup menguras emosi, padahal baru enam bulan dia pindah ke sini. Selalu saja ada hal yang membuatku rasanya darah tinggi. “Nih, ya, cuma duit receh segitu, kamu pikir saya gak bisa bayar!” Bu Minah melemparkan uang tiga lembar seratus ribuan ke wajahku. Lalu memutar tubuh hendak melangkah pergi. Aku ...
Menikahi lelaki yang berumur lebih tua dua kali lipat darinya, bukanlah impian Nuria. Pernikahan itu tak bisa ditolak, maupun dihindari. Dia harus rela menggantikan Nirina---sepupunya sebagai gadis penebus hutang. Menjadi yatim dan ditinggalkan Ibu menjadi TKI ke luar negeri membuat Nuria tak memiliki pilihan. Selama sekolah, dia menumpang di rumah Paman Nursam dan Bi Lela. Berharap setelah lulus bisa bekerja dan membahagiakan ibunya yang banting tulang menyekolahkannya. Namun, semua mimpi itu harus pupus ketika Paman Nursam memaksanya menikah dengan Juragan Arga. Nuria (18 tahun) akhirnya resmi menjadi istri Juragan Arga yang usianya sudah empat puluh lima tahun. Menghadapi hari-hari yang p...
Awalnya Ines hanya mampu mengiyakan semua perintah mereka. Dinikahi oleh seorang Arlan Bramantyo, rupanya bukan berakhirnya takdir menyedihkan yang selama ini menggelayuti hidupnya. Diboyong dari kampung kecilnya dari daerah Pantura mengikuti suami dan ibu mertua yang menjemputnya, rupanya hanya mimpi buruk. Perjodohan di antara teman lama itu, bukan hal tulus. Ibunya Arlan rupanya sudah berubah. Kehidupan Kota Jakarta dan hidup mewah rupanya membuat kesetiaan dan janji persahabatan ibu dan Retno—ibu mertuanya yang merupakan sahabat kecil hanya kamuflase saja. Kehidupannya semakin tertekan, seiring berjalannya waktu dan hal tersembunyi itu mulai terungkap. Ternyata, selain dirinya, ada sos...
“Percuma kamu Bapak sekolahkan tinggi-tinggi! Susah-susah pun maksain kamu biar masuk SMA, tapi mana nyatanya sekarang! Sudah mau satu tahun lulus sekolah tapi belum kerja juga! Belum ngasilin duit! Mending adik kamu yang sekolahnya SMP doang, sudah punya pacar anak tukang daging sapi, hidupnya terjamin!” celoteh Bapak. Orang yang Sumi paling takutkan ketika sudah bicara. Sumi menghela napas. Dia masih membelekangi Bapak dan mengiris bawang merah untuk masak. Untuk ke sekian kalinya omelan itu terasa menusuk hati Sumi. Bapak selalu mengungkit keinginannya untuk bersekolah lagi dan menyalahkan karena sampai saat ini belum menghasilkan rupiah. Hinaan, cibiran dan perlakuan Bapak membuat Su...