You may have to register before you can download all our books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book offers a comparative and cross-cultural history of Islamic reform and European colonialism as both dependent and independent factors in shaping the multiple ways of becoming modern in Indonesia and Malaya during the first half of the twenti
The decolonization of Indonesia, the world's most populous Muslim country, was seen by up to half of the population as a religious struggle. Utilizing a combination of oral history and archival research, Kevin W. Fogg presents a new understanding of the Indonesian revolution and of Islam as a revolutionary ideology.
Dalam buku ini, penulis mengajak masyarakat Islam untuk tidak terlena dalam “keterpurukan” epistemologi kependidikan. Setelah mengalami kemajuan yang sangat pesat pada abad pertengahan hingga peradaban Islam menjadi kiblat peradaban dunia, kini kemajuan keilmuan Islam mengalami kemuduran disebabkan para intelektual Muslim berusaha memisahkan sangkar ilmu profetik dengan kerangka kerja ilmiah (rasional-empiris).
Orasi Ilmiah dalam RAPAT SENAT TERBUKA Pengukuhan GURU BESAR
Sejarah Revolusi Indonesia dipenuhi penggambaran perang revolusi sebagai perang nasionalistis atau berbasis kelas. Dalam kajian besar ini, Kevin W. Fogg meninjau ulang Revolusi Indonesia (1945-1949) sebagai perjuangan umat Islam. Dalam spirit keagamaan inilah, kaum Muslim taat—yang jumlahnya hampir separuh populasi—berperang. Mereka teryakinkan dengan seruan jihad dari ulama dan kiai bahwa mereka sedang menjalankan perang sabil melawan kaum kafir penjajah. Namun di kancah politik, para pemimpin nasional mengesampingkan unsur Islam ketika mereka merumuskan dokumen-dokumen pendirian Indonesia. Dengan cara itu, mereka menciptakan preseden revolusi yang terus berdampak pada negara sampai saat ini. Studi tentang perang anti-penjajah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia ini menunjukkan bagaimana Islam berfungsi sebagai ideologi revolusi pada era modern.negara sampai saat ini. Studi tentang perang anti-penjajah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia ini menunjukkan bagaimana Islam berfungsi sebagai ideologi revolusi pada era modern. [Mizan, Mizan Publishing, Noura Publishing, Noura Books, History, Religi, Agama, Islam, Indonesia]
Kesuksesan Muktamar Muhammadiyah ke-47 bersama Muktamar Aisyiyah pada tanggal 3-7 Agustus 2015 di Makasar telah menggambarkan secara nyata perubahan besar yang dialami kedua organisasi muslim yang kita muliakan ini. Permusyawaratan tertinggi itu menunjukkan kematangan Muhammadiyah dan Aisyiyah, baik dalam berdemokrasi maupun dalam perkembangan dan pelestarian sebuah kultur intelektual yang baru, kritis, dan etis. Keberhasilan ini juga diperlihatkan di dalam kumpulan artikel Muhammadiyah edisi muktamar yang dimuat dalam buku yang menggembirakan ini, "Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan". Melalui esai-esai ini, kita sebagai pembaca bisa menghargai bahwa Muhammadiyah telah menjadi kuat lewat amal usaha yang mencerdaskan anggotanya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Esai-esai ini membuktukan bahwa Muhammadiyah telah menjadi gerakan Islamiyah yang betul-betul berkemajuan. -Robert W. Hefner (Direktur Institute on Culture, Religion, and World Affairs in the Pardee School of Global Studies, Universitas Boston)
Dunia Revolusi meneroka periode revolusi Indonesia (1945–1949) dari perspektif regional. Sebanyak tujuh belas naskah hasil penelitian sejarawan Indonesia dan Belanda menjadi kontribusi dalam mengungkapkan kompleksitas realitas yang terjadi serta keragaman perspektif dari periode revolusi Indonesia. Para peneliti menjelaskan secara sistematis bagaimana penduduk sipil Indonesia (Bumiputra), Tionghoa, India, dan Indo-Eurasia, dan beragam kelompok sosial mulai dari tentara, pejuang, petani, buruh, ibu rumah tangga, hingga para pejabat turut mengalami dan membentuk periode penuh ketidakpastian yang terjadi dari tahun 1945 hingga 1949. Buku ini menitikberatkan pada keragaman gagasan tentang makn...