You may have to register before you can download all our books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Buku ini menghadirkan kajian mengenai pembentukan kelas menengah santri melalui proses awal modernisasi pesantren. Kiai sebagai figur sentral memiliki pengaruh cukup besar, baik dalam proses memordenisasikan pesantren maupun implikasinya dalam pembentukan kelas menengah santri. Kiai membawa dampak positif pada internalisasi karakter khas kelas menengah santri yakni bertindak berdasarkan rasional-nilai. Beberapa kalangan memprediksi kebangkitan kelompok kelas menengah santri disekitar dasawarsa 2000-an. Buku ini penting dibaca oleh banyak kalangan untuk meninjau gerak sejarah kelas menengah santri yang perlahan bertambah besar dan menuju arah kebangkitan itu, yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara Indonesia Buku Persembahan Penerbit PrenadaMediaGroup
Pandemi Covid-19 menghadirkan tantangan besar bagi dunia pendidikan, termasuk pesantren. Buku ini mengkaji bagaimana pesantren beradaptasi dalam mengimplementasikan pembelajaran dan pembinaan santri di masa pandemi. Melalui buku ini, penulis mengidentifikasi kebijakan, strategi pembelajaran, dan potensi yang dimanfaatkan pesantren yang menunjukkan bahwa pesantren telah mengadopsi berbagai metode dan teknologi, seperti pembelajaran online dan media sosial, untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh. Pembinaan akhlak santri juga tetap dilakukan dengan memaksimalkan koordinasi dengan orang tua. Kebijakan pesantren terkait pandemi bervariasi tergantung kebutuhan dan sumber daya. Pesantren PKBM lebih fleksibel dalam beradaptasi, sedangkan pesantren yang terafiliasi dengan organisasi besar mengikuti kebijakan organisasi. Buku ini menunjukkan adaptasi pesantren mencerminkan interaksi antara struktur pandemi dan tindakan agen pesantren. Meskipun pandemi memberikan batasan, pesantren memiliki potensi dan peluang untuk berkembang di masa pasca pandemi.
Dalam beberapa dekade terakhir, khususnya sejak awal Reformasi, PDI Perjuangan memang mendapat sorotan dari beberapa kalangan masyarakat Muslim. Mereka beranggapan, partai ini tidak memberi respons secara sungguh-sungguh kepada kepentingan dan kebutuhan kalangan Muslim di Indonesia. PDI Perjuangan dipandang sebagai partai politik yang tidak peduli, dan bahkan menjauh dari kegiatan-kegiatan keagamaan, khususnya terkait dengan umat Islam. Fenomena politik ini menggambarkan bahwa PDI Perjuangan mengambil jarak dan posisi vis a vis dengan kalangan Muslim. Partai ini seakan menampakkan wajah yang “tidak paham” dan “tidak ramah” terhadap Islam dan masyarakat Muslim di Indonesia. Dalam buku persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia Group) ini Anda akan menemukan jawabannya, apakah benar hipotesis awal bahwa PDI Perjuangan “tidak ramah” terhadap Islam.
Di pesantren santri beralih dari situasi hidup yang serba dilayani (home service) kepada hidup yang melayani diri sendiri (selfservice). Para santri ditempa supaya berani, mandiri, dan percaya diri. Selain itu, tantangan yang ada di pesantren menuntut mereka untuk kreatif memecahkan masalahnya sendiri. Mereka diajarkan untuk mau menunda kesenangan, bertarung melawan jenuh, bertahan dalam keterbatasan, dan berjibaku dengan waktu. Tantangan-tantangan itulah yang kadang membuat santri oleng, tak sedikit yang akhirnya tumbang. Sayang jika mereka harus berhenti di tengah jalan. "Perlu formula yang dapat membantu santri, orangtua, dan pesantren itu sendiri untuk memahami tantangan dan mengatasi ma...
Islam and democratic system in Indonesia; study on political thoughts of Nurcholish Madjid and Amien Rais.
The decolonization of Indonesia, the world's most populous Muslim country, was seen by up to half of the population as a religious struggle. Utilizing a combination of oral history and archival research, Kevin W. Fogg presents a new understanding of the Indonesian revolution and of Islam as a revolutionary ideology.
Islamic Divorce in the 21st Century shows the wide range of Muslim experiences in marital disputes and in seeking Islamic divorces. For Muslims, having the ability to divorce in accordance with Islamic law is of paramount importance. However, Muslim experiences of divorce practice differ tremendously. The chapters in this volume discuss Islamic divorce from West Africa to Southeast Asia, and each story explores aspects of the everyday realities of disputing and divorcing Muslim couples face in the twenty-first century. The book’s cross-cultural and comparative look at Islamic divorce indicates that Muslim divorces are impacted by global religious discourses on Islamic authority, authenticity, and gender; by global patterns of and approaches to secularity; and by global economic inequalities and attendant patterns of urbanization and migration. Studying divorce as a mode of Islamic law in practice shows us that the Islamic legal tradition is flexible, malleable, and context-dependent.
A ground-breaking exploration of exile and diaspora as they relate to place, language, religious tradition, literature and the imagination.
Summary: "Since the rise of the Taliban and Al Qaeda, the traditional Islamic schools known as the madrasa have frequently been portrayed as hotbeds of terrorism. For much longer, the madrasa has been considered by some as a backward and petrified impediment to social progress. However, for an important segment of the poor Muslim populations of Asia, madrasas constitute the only accessible form of education. This volume presents an overview of the madrasas in countries such as China, Indonesia, Malayisia, India and Pakistan."--Publisher description.